KATA-KATA (1964)

http://www.goodreads.com/book/show/6945714-kata-kata
Jean Paul Sarte

Terasa berat mengungkapkan kesimpulan buku ini. Ini perkenalan pertamaku dengan Sartre, dan mengalami pilihan yang dilematis jika harus mengenal karyanya yang lain lebih lanjut. Karya ini ditulis ketika ia menginjak 60 tahun: berusaha menggambarkan perkenalannya dengan dunia baca-tulis ketika usianya 4-11tahun, dengan gaya bertutur seperti sedang menulis buku harian.

Aku seperti harus berlari sejauh berkilo-kilo meter untuk memahami satu kalimat panjangnya, dengan sederetan nama tokoh dan judul-judul asing yang kadang merusak konsentrasiku saat sedang memahami apa yang sedang dia bicarakan. Tapi itu Cuma ditengah-tengah halaman, di awal dan akhir tulisan, aku melayang cepat seperti tak perlu menginjak tanah untuk memehaminya. Menyenangkan bisa mengetahui bagaimana seorang filosof menceritakan masa kecilnya, saat-saat dimana ia junior beranggapan bahwa ia pasti terlahir sebagai orang besar, meski di saat bersamaan ia menyadari bakatnya tak terlampau istimewa sewaktu duduk di bangku sekolah. Dengan jengkel ia mengesampingkan sebuah potongan kalimat:..orang-orang yang ditakdirkan menjadi besar, sama sekali tidak mirip anak-anak jenius, namun, secara diam-diam ia mengingat kalimat itu sampai tua.

Di usia dini, ia memandang perpustakaan sebagai tempat ibadah, buku adalah agamanya, kesussastraan adalah rahasia yang memikat dan menantangnya. Umur sepuluh tahun ia penuh keyakinan, rendah hati, penuh tuntutan, membaca setiap kegagalan adalah prasyarat kemenangan pasca-ajal. “Kemalangan tidak lebih dari sebuah cobaan, tidak lebih dari cara membuat sebuah buku”. Ia jenis manusia yang selalu ditarik oleh masa depan, memandang segalanya sesuai tujuan akhirnya.

Kejujurannya satir dan sekaligus membingungkan. Ia memprediksi, bahwa pembaca akan kecewa dengan karyanya ini dan berkata: Tidak bisa dibaca!, dan bahkan akan dilupakan sampai akhirnya terlupakan. Namun aku menyukai pembelaannya dalam menulis dan menyusun buku:
“Buku harus tetap ada, harus ada, karena bagaimanapun juga berfaedah. Wawasan pengetahuan luas tidak menyelamatkan apa-apa dan siapa-siapa, tidak merupakan pembenaran. Tetapi dia adalah hasil usaha manusia: manusia membangun citra di sekitar itu dan mencerminkan diri disitu; pengetahuan memberikan kepada manusia suatu pantulan kritik.” (h.203)

Nah, bagi saya..itulah yang terpenting. Sebagian ceritanya mungkin memang tak saya pahami sebagai satu kesatuan cerita yang utuh ( juga menarik). Tapi ia memberi sumbangsih berharga dengan membagikan selera berfikirnya semenjak kanak-kanak sehingga menjadikannya seorang filsuf. Saya bisa belajar, bagaimana pengalaman di awal kehidupan, telah menjadi ‘tanda’ untuk masa-masa akhir kehidupan. Kurang lebih begitu.

Komentar