Potret keluarga

sketch Feb 2007 Panti Wilasa Hospital Semarang, 
retouch 14 Sept 2011, Jogja



Tak ada foto keluarga nan manis bertengger di tembok rumah kami. Seumur-umur hidup bersama, mungkin tak pernah terpikirkan untuk berformal masuk ke studio foto dengan pakaian resmi jas/kebaya, bermakeup, duduk manis  dan tersenyum tipis untuk beberapa jepretan kamera. Tidak harus begitu memang, banyak pose yang lebih kreatif untuk berfoto keluarga dan lalu dipajang di ruang tamu atau keluarga. Tapi memang hal semacam itu tak jadi soal bagi kami, hanya orang-orang yang sudah cukup sukses (dalam artian: kaya, rumah besar) biasanya yang sering melakukan itu. 

Pa pekerja swasta mandiri yang tak terbiasa memakai jas. Ma demikian pula, jarang tersentuh makeup. Pa menjadikan rumah kami tempat usahanya, dan pemandangan yang biasa kulihat adalah ia berkaus singlet dan celana pendek yang kadang tergores tinta cetak dimana-mana. Ma membantunya, sampai ia mempunyai usaha mandiri lain dengan membuka toko alat tulis. Mungkin di benak orangtuaku, figur keluarga kami tidak cukup menarik untuk berfoto bersama di studio, dan, tentu saja karna dulu masih tergolong buang-buang uang!  

Ya, tapi akhirnya kami punya, setelah kakak diwisuda, foto gratis dari fotografer kampusnya. Kami tak memajangnya di dinding. Suram sekali fotonya, mungkin sang fotografer kurang lihai, atau memang begitulah wajah kami sewaktu itu. Setelah itu tak ada lagi. Terakhir kalinya aku mengabadikan kami berempat adalah  saat aku duduk disamping ranjang Pa, membayangkan andai saja kita punya foto keluarga, macam apakah keluargaku ini?? Dan, inilah yang tergambar dalam benakku, kami dengan pakaian apa adanya dan tak bisa memaksakan diri untuk nampak elegan dan rapi. Ayah bersinglet saja, memamerkan tubuh keringnya yang sakit-sakitan. Aku yang mengandalkan rok biru itu-itu saja. Ibu yang berpakaian longgar, kakak yang lebih rapi sedikit dibanding kami. Kami tak saling merangkul, berdiri biasa saja, ayah paling depan, dengan tubuh kecilnya yang berusaha digagahkan, aku paling belakang dan tersenyum paling lebar karena bahagia bisa berpose berempat. Kami belum cukup baik sebagai keluarga, tapi dalam lubuk hati yang dalam pastilah cinta kami satu sama lain lebih besar dari apa yang tampak.

Komentar

  1. Balasan
    1. terimakasih apresiasinya, sudah lama sekali sy ga updet blog ini & mengecek inbox :)

      Hapus

Posting Komentar