kami dan ibu

Kami tidak lagi kecil. Rumah mulai ditinggalkan. Satu persatu kami mengenal keberadaan kami yang asing, memilih tempat dimana kami harus belajar mengatur diri sendiri. Masih mengandalkan ibu, cuma bermodal kepercayaan penuh darinya. Kami menguji diri sendiri, juga menguji beliau. Hampir-hampir, ketakutan manusia selalu seputar keterasingan, meski masih dengan keringanan-keringanan yang diberikan jaman dimana kami muda dan tumbuh. Beruntunglah kami, belajar mengatasi sedikit ketakutan. Sedikit. Masih terbentang keterasingan terbesar yang menanti ditaklukkan.  

Ia makin sendiri. Ini masanya. Tapi tak mau begitu memperjelasnya dengan mempermasalahkannya. Ia tahu itu hanya membatasi gerik kami yang selalu mau merdeka. Dua tingkat rumah ini, makin sepi dan lebar. Uang, tak ingin dijadikan soal, ada rejeki untuk mencukupi kebutuhan. Kebutuhan kami yang masih mencari-cari dengan merdeka. Aku belum mampu memahaminya. Itu adalah tanggung jawab kami, yang beliau ijinkan untuk diasah, untuk kemudian kembali padanya. Mengantarkannya untuk tak merasa asing pada masa-masa yang semestinya menjadi tujuan kami dan kita semua.

Komentar