KITCHEN


Banana Yoshimoto



Ia mengisahkan perihal kehilangan. Kehilangan moment, namun menemukan ingatan. Sentimental mungkin, berbicara mengenai proses alamiah setiap pribadi yang kehilangan seseorang terdekat. Dalam kondisi tak terduga, seseorang mesti menata kehidupannya kembali karna begitu hebatnya rasa yang ditimbulkan oleh sebuah kehilangan.

Dengan latar belakang penulis sebagai pramusaji restoran, cerita dibumbui dengan jenis dan olahan masakan yang terdengar asing namun lezat untuk dibayangkan. Mikage, gadis muda yang kehilangan seluruh anggota keluarganya satu-persatu, merunut kehidupannya sendiri dengan dingin, karena bagaimanapun ia selalu was-was masa kesendiriannya itu akan datang kapan saja dengan kematian satu-satunya nenek anggota keluarganya yang tersisa. Ia mempunyai ingatan yang menenangkan tentang dapur. Objek diam itu melepaskan rasa ngilu terhadap kepahitannya.


Saya membayangkan seolah tak ada senyum atau air mata bercucuran di balik pribadinya menghadapi kenyataan itu. Tak berusaha menghilangkan kenangan atau lari, ia berjalan saja dengan datar. Dengan pikirannya yang tiada henti mengkoreksi pikirannya sendiri. Pertemuannya dengan keluarga Tanabe menambah banyak liku tentang penyembuhan psikisnya menghadapi perasaannya sendiri akan sebuah kehilangan.


...


Menata pikiran adalah sebuah kesederhanaan yang rumit. Tak sembarang nasihat berpengaruh dalam perilaku-nya kemudian. Yoshimoto menceritakannya dengan sangat hati-hati. Terasa ia berbicara dari hati kegundahan alamiahnya sendiri menata ingatan dalam runtutan proses yang istimewa.


Kebetulan saja saya terasa meresapi, di dunia ini begitu alamiahnya moment kehilangan terjadi pada siapa saja. Dalam 2 judul novel pendeknya, ia menceritakan topik serupa: kematian orang terdekat. Topik dan caranya bertutur seperti penyembuhan yang tiada henti dikembangkan oleh pikiran manusia tentang pokok dan ujung kehidupan. Merasa kehilangan karna kematian, seperti halnya menemukan kematian itu sendiri.

Komentar